Berita hari ini
FKMP Indonesia: Mampu Raih Millenial, Bersiap Jadi Bupati Padang Pariaman
Penulis :
Jakarta, SiberNews – Sosok H. Armawi Koto, yang akrab disapa Dewa, sudah tidak asing lagi dikalangan politisi nasional termasuk para ahli Spritual se Asia Tenggara, sebab dirinya merupakan Suhu Spritual ‘Alam Takambang Jadi Guru’ yang tidak asing lagi dikalangan tersebut. Jika di Paguyuban Piaman Laweh (Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman dan sekitarnya) Ia disebut sebagai ‘Urang Tuo’ alias Tokoh Bijaksana yang mampu memberikan solusi dari berbagai masalah sosial, politik dan lainnya.
Dewa merupakan tokoh Piaman Laweh dan Penggagas Utama Forum Komunikasi Masyarakat Piaman (FKMP) Indonesia. Ia dengan koleganya yang dirantau maupun yang dikampung halaman, sepakat mendirikan sebuah organisasi tersebut dan saat ini sudah berbadan hukum.
Dalam salah satu kesempatan, kepada SiberNews, Ia mencetuskan sebuah pemikiran baru dan terbarukan, yakni menyikapi soal politik di Kabupaten Padang Pariaman (kampung halamannya) jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 mendatang.
Pemikiran tersebut adalah terkait ‘gaya politik’ dan segmentasinya (baca; pasar politik). Menurutnya, gaya politik millennial merupakan cara ampuh yang dianggap jitu dan mandraguna.
Defenisi Millenial bukan hanya berkutat pada usia saja, tetapi dari segi pemikiran pula. Karena, millennial adalah pemikiran yang terbarukan dan sangat sesuai dengan kondisi kekinian, apalagi dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Untukdiketahui, Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi. Konsep penerapannya berpusat pada konsep otomatisasi yang dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya.
Hal tersebut tentunya menambah nilai efisiensi pada suatu lingkungan kerja di mana manajemen waktu dianggap sebagai sesuatu yang vital dan sangat dibutuhkan oleh para pemain industri. Selain itu, manajemen waktu yang baik secara eksponensial akan berdampak pada kualitas tenaga kerja dan biaya produksi.
Artinya, saat ini sangat dikedepankan gaya intelektual yang maju dan lebih hebat. Jika, seorang pemimpin daerah hanya mengandalkan proyek mercusuar, khususnya infrastruktur, maka perlambatan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) akan terjadi.
Perlu sebuah system pembangunan termasuk gaya kepemimpinan yang lugas, tersystem dan mampu dioperasikan dengan massif serta terukur.
“Kita perlu kepemimpinan yang millennial dan termasuk mampu mengelola potensi daerahnya. Itulah yang dibutuhkan saat ini, khususnya dikampung halaman saya,” ungkap Dewa. (Rico Adi Utama)