
Oleh : RICO ADI UTAMA
DEWASA ini kita sering diributkan oleh ulah manusia yang tidak bertangungjawab, melontarkan cacian tak berdasar dan hobby menkritik tanpa solusi. Rata – rata semua karya mereka itu terbilang ‘Hoax’ alias tidak berdasar dan sangat tidak mendidik demi ‘Mencerdaskan Kehidupan Bangsa’. Mereka pun terkadang berpola sangat tidak bertanggungjawab, bak ‘lempar batu, sembunyikan kurap’.
Sejenis manusia seperti disebutkan itu, akan tetap ada di lini manapun dan disaluran apapun. Jikalau dalam Agama Islam, bisa disebut sejenis manusia pendengki dan iri hati.
Tidak ada kritik yang membangun bagi para pelaku ‘Hoax’ dan iri hati. Mereka akan selalu senang menkritik, yang bertujuan membunuh karakter seseorang, dengan harapan dirinya disebut hebat serta ‘sakti mandraguna’ dengan pendapat ‘Hoax’nya itu.
Mereka tidak menawarkan solusi apapun, kecuali hanyalah bibit kebencian. Mereka itu selayaknya manusia yang memiliki tengkorak kepala, manusia jenis ini ibarat ‘bertengkorak tetapi kosong’ alias memiliki benak tetapi otaknya tidak berfungsi normal dan tentunya ‘Tidak Produktif’.
Jika, seseorang pemimpin mendapat bisikan yang seperti diatas, lantas kemudian mengikuti bisikan jenis manusia yang satu ini, sungguh kehancuran akan menanti kepemimpinannya. Ibarat manusia yang dibisikkan iblis dan mengikutinya, kemudian bersama – sama dijalur kesesatan.
Sebab, tidak ada ide brilian apapun yang akan dituangkan, mereka hanya menyuburkan kebencian demi kebencian dan ‘mengikrarkan’ dirinyalah yang lebih baik (The Overconfidence).
Terlebih ketika Pemilihan Presiden (Pilpres) kemarin (2019), dimana ‘hoax’ bergentayangan dan tumbuh subur, bak jamur yang tumbuh kembang ketika hujan mendera. Beberapa pihak pun berusaha membendung, namun hanya beberapa saja dan yang lainnya tetap berseliweran.
Membedakan antara ‘hoax’ dan fakta, tentu tidak begitu sulit; letaknya pada pembuktian dan data yang akurat, yang bukan hanya masuk akal tetapi sesuai dengan norma yang ada; terutama norma – norma agama dan sosial.
Prilaku penyebar ‘hoax’ dan pencaci, tidak akan pernah bisa sadar, sebelum mereka benar – benar dihukum, minimal hukuman social alias dikucilkan dari keberadaannya. Kemudian, hukuman yang paling ampuh bagi mereka itu adalah hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa, yakni Maha Pembalas dan Penghakim Yang Adil.