|
Dari kiri: Prof Duski Samad, Rico Adi Utama (Redaktur Pelaksana SBNews). |
Padang,
SBNews – Seorang
Guru Besar Ilmu Pemikiran Islam di Sumatera Barat, Prof. DR. Duski Samad,M.Ag,
angkat bicara soal kampuang halamannya, Piaman Laweh (Kota Pariaman, Kabupaten
Padang Pariaman & sekitarnya). Seperti yang disampaikan Prof Duski Samad
kepada SBNews, kemarin sore (18/9/2019 di Mesjid Nurul Iman Kota Padang, bahwa
menyoal Kabupaten Padang Pariaman termasuk Kota Pariaman, perlu adanya tindakan
terbuka yang lebih produktif untuk membangun daerah dan itu peranan strategis
yang harus dilaksanakan secara baik oleh Pemerintah setempat, terutama
pimpinannya.
“Daerah,
jika masih mengisolir diri dan tidak melakukan akses program secara terbuka serta
produktif untuk daerah, maka hanya akan berjalan ditempat, sesuai porsi APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) saja,” ujar Prof Duski Samad, membuka diskusi
bersama Redaksi SBNews.
“Perlu
program yang tidak setengah – tengah, terutama soal pendidikan. Sebab,
pendidikan adalah semua akar masalah atau kemajuan sebuah daerah. Coba mencontoh
pada daerah lain yang terdekat, yang memberi akses dan fasilitas untuk
pendidikan warganya, itu adalah modal besar untuk kemajuan daerah kedepan. Sebab,
jika sebuah daerah pendidikannya maju, maka SDM (Sumber Daya Manusia) akan
lebih baik dan apapun program daerah akan tertunjang oleh warga yang memiliki
SDM yang baik itu,” imbuhnya.
Lebih
lanjut Prof Duski Samad menjelaskan, bahwa sebuah daerah mesti memiliki figur
yang bisa merangkul dan mempengaruhi secara positif simpul – simpul masyarakat,
terutama merangkul tokoh – tokoh agama dan adatnya. Jika itu terangkul dengan
baik pula, dimungkinkan tidak ada program yang akan tertolak oleh masyarakat,
dukungan penuh pun mengalir.
Jika
bicara Kabupaten Padang Pariaman kedepan, apalagi akan menghadapi Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) dan memilih pemimpin yang baru serta terbarukan, Prof
Duski Samad menyebutkan perlu landasan yang fundamentalnya.
“Padang
Pariaman yang lebih baik akan terwujud; bila Imam (pemimpin)-nya berpijak pada
bumi kebenaran, cerdas, energik, terbukti bekerja dan berjaringan. Maka,
pastikan memilih yang terpilih,” tukasnya.
Beberapa makna
pendapat Prof Duski Samad:
Berpijak Pada
Bumi Kebenaran
Seorang
Pemimpin itu mesti menjadikan pijakan/ dasar kebenaran dalam bertindak dan
memimpin. Hindari tindakan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN).
Artinya,
jika seorang pemimpin itu menjadikan dasar agama dan moril serta adat Istiadat
di Minangkabau dalam memimpin, sesuai dengan filosofi ‘Adaiak Basandikan Syarak, Syarak Basandikan Kitabullah’ (Indo: Adat
Bersandikan/ dasar Agama, Agama Bersandikan Al – Qur’an) atau biasa disebut
dengan akronim ABS – SBK, maka tidak ada satupun ummat yang akan dirugikan.
Cerdas &
Energik
Pemimpin
itu adalah sosok yang brilian dalam berpikir, memiliki inovasi program yang
hebat dan kuat. Program – program tersebut bersifat jangka panjang, terutama
dalam hal pendidikan karakter (akhlak) masyarakat.
Menginisiasi
program produktif dengan mengakomodir potensi lokal (daerah). Lalu, tidak
pernah lelah untuk berpikir dan bertindak, walaupun program tersebut mesti
dijalankan secara sederhana.
Yang
tidak kalah pentingnya, seorang pemimpin itu adalah sosok yang memiliki energi
serta obsesi akhirat, yakni lebih mengedepankan urusan akhirat; maka urusan
dunia akan mengikut dengan sendirinya.
Terbukti
Bekerja
Ini
adalah sosok yang selalu berbuat, tanpa pandang maksud dan kepentingan
tertentu; Ia melakukan program – program yang bermanfaat untuk dunia dan
akhirat ummat. Lalu, hasil pekerjaan itu, dapat dinikmati secara langsung
maupun tidak langsung oleh masyarakat yang dituju dengan program tersebut.s
Walaupun,
segenap upaya yang dilakukan belum maksimal, tapi Ia selalu bekerja dan tak
kenal lelah.
Berjaringan
Seorang
pemimpin daerah, harus memiliki jaringan yang kuat; baik didalam maupun ke
pihak eksternal. Karena, sebenarnya membangun sebuah daerah tidak cukup
mengandalkan APBD saja, perlu inovasi program untuk daerah yang anggarannya
didapat secara produktif dari luar.
Yakni,
jaringan tersebut bisa didapat dari kalangan organisasi luas dan koneksi yang
sudah dibina selama ini. Apalagi belum menjadi pemimpin daerah, sudah bisa
membawa koneksi untuk berbuat kepada daerah, itu akan lebih baik. (Rico Adi Utama)