Uncategorized
MERAIH KEKUASAAN, REWARD PETAKA, MENGAPA?
Kontributor (Ichsan)
SBNews – Opini I Sebentar lagi masyarakat dunia akan menyongsong tahun yang baru dan segera mengakhiri tahun 2017 yang tinggal menunggu hari akan segera usai. Tak sedikit orang berharap di tahun yang baru meraih hal-hal yang baik penuh prestise dengan memulai merancang resolusi hidup dan memprediksi sesuatu hal yang baik akan terjadi. Bahkan diantara mereka terus mengembangkan kapasitas diri, kemampuan dan talenta agar kesuksesan gemilang cepat diraih.Hal ini pun merupakan yang wajar dan manusiawi. Setiap orang boleh berambisi meraih kesuksesan, kekayaan, kebahagian bahkan kekuasaan alias 4K.
Empat K ini merupakan dambaan dan hasrat setiap manusia yang normal dan berlogika. Ketika seseorang meraih kekuasaan maka seseorang itu bisa disebut sukses namun belum tentu memenuhi sayarat kebahagiaan yang hakiki, layak dan terukur.Memasuki tahun 2018 bagi bangsa Indonesia merupakan tahun yang begitu mendebarkan bahkan suhu tensi politik makin panas sampai menguap keubun-ubun. Aroma suhu tensi politik terus tercium. Para politisi pun sudah mulai bersafari dan bergerilia menyapa para calon konstituennya. Setiap kandidat pun menawarkan konsep, ide dan gagasan yang ciamik dan renyah di telinga, di hati, dipenglihatan calon pemlilihnya.Dibalik semua konsep politik yang berasa sedap dan ciamik itu tak sedikit para politikus hanya mengelabui konstituennya yang sarat akan syahwat kepentingan politik pribadi, golongan dan partai politik si politikus.Kita bisa melihat dan menyaksikan para politikus yang sungguh-sungguh murni berjuang untuk kemaslahatan konstituennya pada pesta demokrasi yang berlalu. Berapa banyak dari mereka? Apa yang mereka perbuat? Yang tragisnya lagi adalah ketika di suatu wilayah tidak ada seorang pun yang mewakili ke parlemen yang berasal di daerah itu maka daerah itu bisa dipastikan jauh tertinggal bahkan tak diperhatikan. Yang sudah ada legislatornya aja bisa tertinggal apa lagi yang tidak memiliki wakil ke parlemen.Kekuasaan bisa jadi petaka dan sekaligus rahmat bagi konstituen tergantung siapa pelaku politik itu sendiri. Tidak sedikit orang mendengungkan tentang integritas seseorang, wawasan dan pengalaman seseorang bahkan karakter seseorang untuk menjadi seseorang calon pemimpin. Ketiga hal ini pun bisa menjadi hanya sekedar lips service jikalau karya nyata seseorang tidak nyata bagi masyarakat. *Apa gunanya seorang pemimpin yang cerdas dalam logika dan kata, bahkan retorika aparesiasi semu memiliki nilai angka tertinggi dan terbaik namun bodoh dalam karya dan tindakan? Bukankah ini usah menjaring angin.Penulis,Edizaro Lase
Penggagas Klik Pemuda Nias
SBNews – Opini I Sebentar lagi masyarakat dunia akan menyongsong tahun yang baru dan segera mengakhiri tahun 2017 yang tinggal menunggu hari akan segera usai. Tak sedikit orang berharap di tahun yang baru meraih hal-hal yang baik penuh prestise dengan memulai merancang resolusi hidup dan memprediksi sesuatu hal yang baik akan terjadi. Bahkan diantara mereka terus mengembangkan kapasitas diri, kemampuan dan talenta agar kesuksesan gemilang cepat diraih.Hal ini pun merupakan yang wajar dan manusiawi. Setiap orang boleh berambisi meraih kesuksesan, kekayaan, kebahagian bahkan kekuasaan alias 4K.
Empat K ini merupakan dambaan dan hasrat setiap manusia yang normal dan berlogika. Ketika seseorang meraih kekuasaan maka seseorang itu bisa disebut sukses namun belum tentu memenuhi sayarat kebahagiaan yang hakiki, layak dan terukur.Memasuki tahun 2018 bagi bangsa Indonesia merupakan tahun yang begitu mendebarkan bahkan suhu tensi politik makin panas sampai menguap keubun-ubun. Aroma suhu tensi politik terus tercium. Para politisi pun sudah mulai bersafari dan bergerilia menyapa para calon konstituennya. Setiap kandidat pun menawarkan konsep, ide dan gagasan yang ciamik dan renyah di telinga, di hati, dipenglihatan calon pemlilihnya.Dibalik semua konsep politik yang berasa sedap dan ciamik itu tak sedikit para politikus hanya mengelabui konstituennya yang sarat akan syahwat kepentingan politik pribadi, golongan dan partai politik si politikus.Kita bisa melihat dan menyaksikan para politikus yang sungguh-sungguh murni berjuang untuk kemaslahatan konstituennya pada pesta demokrasi yang berlalu. Berapa banyak dari mereka? Apa yang mereka perbuat? Yang tragisnya lagi adalah ketika di suatu wilayah tidak ada seorang pun yang mewakili ke parlemen yang berasal di daerah itu maka daerah itu bisa dipastikan jauh tertinggal bahkan tak diperhatikan. Yang sudah ada legislatornya aja bisa tertinggal apa lagi yang tidak memiliki wakil ke parlemen.Kekuasaan bisa jadi petaka dan sekaligus rahmat bagi konstituen tergantung siapa pelaku politik itu sendiri. Tidak sedikit orang mendengungkan tentang integritas seseorang, wawasan dan pengalaman seseorang bahkan karakter seseorang untuk menjadi seseorang calon pemimpin. Ketiga hal ini pun bisa menjadi hanya sekedar lips service jikalau karya nyata seseorang tidak nyata bagi masyarakat. *Apa gunanya seorang pemimpin yang cerdas dalam logika dan kata, bahkan retorika aparesiasi semu memiliki nilai angka tertinggi dan terbaik namun bodoh dalam karya dan tindakan? Bukankah ini usah menjaring angin.Penulis,Edizaro Lase
Penggagas Klik Pemuda Nias