Mayjend. (Purn.) Soenarko : Banten Butuh Pemimpin Yang Berani Berbuat Benar. “Pemimpin Yang Membela Kepentingan Masyarakat Banten”.

Tanya :

Bapak Mayjend, saat ini apa saja kesibukan bapak setelah pensiun dari pasukan khusus baret merah ?

Jawab :

Alhamdulillah saya masih diberikan kesehatan, kebahagian dalam menjalani kehidupan setelah pensiun dari kedinasan sebagai TNI. Alhamdulillah juga saya masih diminta masyarakat untuk sharing kerja nyata, membina masyarakat menciptakan lapangan kerja, peluang usaha, serta memberikan masyarakat penghasilan sesuai dengan kapasitas masyarakatnya.

Tanya :

Selain pembinaan masyarakat, apa saja kesibukan aktifitas Bapak ?

Jawab :

Kalau senggang waktu dan ada di rumah, saya bercengkrama dengan keluarga, “biasanya kalau hari libur begini banyak keluarga yang datang, ada cucu-cucu juga”. Kebetulan ibu juga masih aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, jadi pensiun juga masih mengabdi kepada Negara yang kita cintai ini. “Pengabdian kepada Bangsa dan Negara adalah sebagai ibadah kita” Tegasnya.

Tanya :

Menurut Bapak sebagai masyarakat Tangerang Selatan termasuk Propinsi Banten ini, apa aja yang perlu ditingkatkan ?

Jawab :

Wah, saya diarah-arahkan komentar politik nih, khan Banten juga sedang Pilkada Gubernur towh.” Ujar Komandan Jenderal Kopassus ke-22, sambil berkelakar.

Tanya :

Bapak Jenderal, bagaimana komentar bapak terhadap situasi dan kondisi daerah Propinsi Banten ?

Jawab :

Situasi dan kondisi wilayah Banten hingga saat ini masih belum berubah banyak, utamanya masih banyaknya ditemukan masyarakat yang miskin dan tidak berpendidikan. Hal tersebut merupakan tanggung Jawab daripada pemerintahnya.

Tanya :

Menurut bapak, apa saja yang perlu menjadi perhatian khusus di daerah Banten ?

Jawab :

Propinsi Banten yang bertetangga dengan Propinsi DKI Jakarta, selayaknya dapat setara dengan masyarakat DKI Jakarta. Seperti perhatian tidak ada lagi kemiskinan, tidak ada lagi masyarakat yang tidak dapat memiliki pendidikan layak, dan masih banyak permasalahan di Propinsi Banten yang cukup membuat miris hati yang sepatutnya tidak terjadi.

Tanya :

Siapa sosok pemimpin yang pantas memimpin Banten ?

Jawab :

Pemimpin Propinsi Banten harus sosok Pemimpin yang berani memperjuangkan masyarakat Banten, dengan mengelola berbagai aspek masyarakat, menyentuh semua lini kehidupan, dan dapat menjaga kondusifitas segala lini, mulai dari penguatan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, kemananan. Hal ini menjadi penting, karena Propinsi Banten sangat kuat dengan issu-issu penting seperti berbicara ideologi, Banten diisukan menjadi “sarang teroris”, berbicara politik Banten diisukan “politik dinasti”, berbicara ekonomi Banten diisukan “ekonomi kapitalis”, berbicara sosial Banten diisukan “Daerah Miskin”, berbicara budaya Banten diisukan “Daerah Jawara yang arogan”, berbicara pertahanan Banten diisukan “Daerah lalulintas penyeludupan”, berbicara keamanan Banten diisukan “daerah lalu lintas pekerja asing”. Semua hal tersebut, harus mampu diatur dan dikelola oleh pemimpin yang berani dan benar dalam memperjuangkan masyarakat Banten. Sehingga insyaallah akan menjadi keberhasilan bagi seluruh masyarakat Banten.

Tanya :

Dimana letak kekurangannya sehingga Propinsi Banten tidak berkembang maksimal ?

Jawab :

Letak kekurangan Propinsi Banten diantaranya, kurang perhatian para pemimpin – pemimpin daerahnya kepada masyarakat. Dapat saja dikatakan “Pemimpin Safety Player” yakni pemimpin yang sudah nyaman bila menjadi pemimpin. “Pemimpin itu harus tau yang dialami oleh massyarakat yang dipmpinnya, lah ini masyarakat masih banyak yang belum menikmati sentuhan Pemerintah”.

“sekarang sih tinggal bagaimana masyarakat, lah wong sekarang semuanya ujung-ujungnya duit”. Banyak masyarakat yang sudah apatis terhadap daerahnya, padahal dalam pemilihan harus benar-benar teruji kemampuan bakal calon pemimpin.

Tanya :

Kapan harus adanya perubahan total yang baik dan benar dalam membangun Propinsi Banten ?

Jawab :

Saat inilah waktu yang tepat dalam memilih pemimpin yang berani berbuat benar dalam mencapai keberhasilan menjadikan Propinsi Banten terbebas dari segala ketertinggalan.

Tanya :

Kenapa Propinsi Banten masih tertinggal dengan propinsi lainnya ? terutama Banten selatan ?

Jawab :

Ketertinggalan pemerataan pembangunan di Propinsi Banten yang sangat jauh berbeda dari kondisi perkotaannya, karena peran pemimpin daerah yang kurang peduli terhadap masyarakat secara umum dan yang paling jauh dari perkotaan. “Ngapain saja pemimpin-pemimpinnya ?” kan dari mulai Rukun Tetangga, Desa/Kelurahan, Kecamatan, hingga Kota dan Kabupaten ada Pemimpinnya, terus masyarakatnya diam juga dengan keadaanya ”. berarti dapat disimpulkan ada yang salah.

Tanya :

Bagaimana langkah – langkah yang harus dilakukan dalam menciptakan pemerataan kesejahteraan, pendidikan, dan pemerataan kebijakan pemerintah ?

Jawab :

Sinergitas Seluruh elemen masyarakat tentunya. Propinsi Banten banyak memiliki potensi yang dapat dikembangkan, seperti potensi pariwisata, yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat, bila dikelola dengan baik, banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang dapat diajak kerjasama dalam rangka pemerataan kesejahteraan masyarakat, kearifan lokal yang cukup kuat yakni para alim ulama yang wajib diajak berdampingan dalam melaksanakan program-program kebijakan pemerintah. Seperti halnya “Masih Banyak Para alim ulama, kyai dan ustadz di kampung serta para santri, yang belum tersentuh oleh Pemerintah Daerah, padahal mereka-mereka itu turut berperan tulus menjaga, mendukung daerahnya, sesuai dengan kapasitas”.

Tanya :

Kemudian, bagaimana seharusnya langkah dari masyarakat dalam memilih Pemimpinnya ?

Jawab :

Masyarakat harus mendaulat pemimpinnya dengan melihat dari berbagai aspek pribadi pemimpinya, sehingga akan menentukan kinerja Pemimpin yang tentu wajib memperjuangkan kepentingan – kepentingan masyarakat secara prioritas.

Propinsi Banten perlu dipimpin oleh Pemimpin yang memiliki sosok dan jiwa kepemimpinan yang berintegritas, berkarakter, dan faham terhadap masyarakat di daerahnya.  Sehingga masyarakat perlu melihat secara obyektif dalam menentukan pemimpinnya. Pemimpin yang sudah matang, dan mapan dalam kehidupannya, memungkinkan pemimpin tersebut tidak lagi mementingkan diri sendiri dan kelompoknya.