Uncategorized
KACANG LUPA KEBON
Oleh : MUHAMAD YANI RIZAL ( Dewan Redaksi SBNews )
Serang, 21 Januari 2018
SBNews – Judul tulisan ini hanya plesetan dari ungkapan Kacang Lupa Kulit. Arti dari ungkapan tersebut, adalah seorang yang lupa asal muasalnya. Lupa akan latar belakang darimana dia berasal. Pribadi maupun keluarganya. Lupa terhadap orang yang telah berjasa mendidik, membesarkan, memfasilitasi dan menghantarkan kesuksesan. Baik pada karir kepangkatan, jabatan dan kekayaan.
Padahal kesuksesan yang diperoleh tersebut, selain Rahmat Tuhan YME, ada peran orang lain. Sebesar dan sekecil apapun peranannya. Prof Dr Emil Salim di dalam tulisannya menganologikannya sebagai sekrup- sekrup kecil. Berkat sekrup- sekrup kecil, negara ini merdeka. Yaitu peran orang- orang yang berjuang dibelakang layar. Mereka yang tanpa pamrih dan tidak tercatat dalam sejarah.
Di keseharian dunia nyata banyak kita jumpai orang- orang sukses. Baik sebagai pengusaha kaya, pejabat ASN, TNI, Polri, Politisi, Akademisi, Seniman, Jurnalis dan berbagai profesi lainnya.
Orang- orang sukses dengan profesi tersebut kadang lupa dan melupakan orang- orang (keluarga, teman, relasi dsb) yang telah ikut berjasa menghantarkannya mencapai sukses. Baik terlibat secara langsung atau tidak langsung memberikan dukungan. Baik berupa berupa materi, fasilitas, pemikiran, pencerdasan, pencerahan, motivasi dsb. Paling tidak berdoa untuk kesuksesannya.
AROGANSI KESUKSESAN
Pada umumnya orang- orang yang lupa asal- muasal, berlatar belakang dari keluarga menengah bawah dan keterbatasan intelektual. Kesuksesan yang dia peroleh di klaim 100 % berdasarkan usaha dan kerja keras. Menafikan peran orang lain yang telah ikut berperan dan berproses menghantarkannya mencapai sukses.
Kesulitan hidup dalam segala hal dan status sosial dimasa lalu, berakibat shock culture. Sehingga umumnya orang tersebut menjadi arogan, angkuh egois dan hight profile. Dalam pergaulan sosial menjaga jarak dan ada benang merah, dengan orang yang tidak sejajar dengannya. Silaturahmi cenderung terputus. Sulit ditemui dan dihubungi oleh orang yang status sosialnya lebih rendah. Tidak terkecuali oleh keluarganya sendiri. Kecuali bila dia ada kepentingan yang urgent, demi eksistensinya.
FENOMENA DAN REALITA
Mayoritas beredar issue dan rumor di masyarakat tentang orang- orang yang lupa asal- muasal. Baik skala daerah dan nasional. Sasaran tembaknya mayoritas ditujukan kepada anggota legislatif di DPRD Kab/Kota/Prov/DPR RI/DPD RI.
Para wakil rakyat yang terhormat tersebut di justifikasi oleh sebagian besar masyarakat, khususnya di Dapil- Nya dianggap lupa asal- muasal. Hanya menjelang pemilu mereka menjadi orang baik. Mau bersilaturahmi dengan janji- janji muluk dan memberi sesuatu ke masyarakat, agar memilih dia kembali dan partai- Nya pada Pileg.
Budaya ewuh pakewuh dan paternalistik di sebagian besar masyarakat, sekejap melupakan para politisi yang lupa asal- muasal tersebut. Apalagi bila para Caleg tsb pandai berdiplomasi, dengan alasan sibuk rapat, perjalanan dinas luar kota/daerah/luar negeri dsb serta memberikan sesuatu.
Tentu saja fenomena tersebut tidak sehat. Seharusnya para anggota legislatif tersebut tetap menjalin, membangun dan membina silaturahmi. Jangan paranoid, seakan masyarakat, teman , keluarga, anggota/kader partai dan relasi yang datang menemui di kantor/rumah rakyat, kediaman pribadi atau via telp minta duit.
Pada dasarnya masyarakat yang merupakan konsituen tidak minta duit. Para caleg lah yang berlomba dengan money politic. karena paranoid tidak terpilih pada kompetisi Pileg internal/eksternal parpol). Sehingga tidak mau menemuinya dengan alasan sibuk, rapat, dinas luar kota/daerah dsb. Mungkin ada masukan atau hal penting yang akan disampaikan secara langsung kepada wakil rakyat.
Bukankah sebagai wakil rakyat yang amanah harus menampung dan memperjuangkan aspirasi masyarakat. Masa reses dengan dana operasional significant dari negara yang nota bene uang rakyat, hendaknya dengan konsisten dapat mengimplementasikan temu aspirasi dengan mayarakat di masing- masing Dapil. Bukan dikemplang masuk kantong pribadi.
Perilaku itulah yang berdampak pada hight cost politic pada para caleg pemula dan incumbent. Andaikan selama ini selalu membina silaturahmi dan memperjuangkan aspirasi masyarakat, hight cost politic untuk terpilih menjadi anggota legislatif (pemula/incumbent) tidak akan terjadi.
Mendiang Indira Ghandi ketika pertama kali terpilih menjadi PM India mengatakan : “Ketika aku terpilih menjadi pemimpin, ternyata bukan power yang dibutuhkan tetapi berbaikan dengan semua pihak”
Kata- kata bijak tersebut, implementasi kata- kata bijak mendiang Abraham Lincoln : The Goverment From The People By The People To The People”
Tentunya kita juga tidak lupa pada kata- kata bijak untuk kehidupan berbangsa dan bernegara : “Kesombongan adalah awal dari kehancuran”