Uncategorized
Universitas Gajah Mada Juara Lomba Debat Politik 2018
Kontributor (Ichsan)
SBNews, Jakarta – Lomba debat politik tingkat nasional dijuarai oleh Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil juara pertama Debat Politik 2018 dengan tema “Politik identitas dalam kebhinekaan” yang berlangsung tanggal 29 – 31 Januari 2018, Kamis (1/2/2018) di Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta.Dalam rilis yang diterima media SBNews, Ichsan, (2/2) Di final, tim kampus UGM atas nama Jovi Andrea Bachtiar, Faiz Abdullah Wafi dan Fahrel Yusri Rahmat berhasil mengalahkan tim kampus Universitas Air Langga Surabaya.Pembicara Tim UGM, Jovi Andrea Bachtiar juga berhasil dan bangga bisa membawa almamaternya memenangkan kompetisi. Persiapan cukup singkat sekitar seminggu untuk mengikuti dan memahami tema debat.”Saya berharap argumen-argumen dalam Debat Politik Identitas ini bisa menyumbangkan pemikiran-pemikiran kepada mahasiswa, kampus serta masyarakat,” ujar Jovi.
Liber Simbolon, Anggota Dewan Juri Debat Politik 2018 mengatakan menikmati perdebatan sepanjang final.”Sungguh ini membangun khasanah. Debat atau diskusi bukanlah perseteruan bahkan pertengkaran namun menunjukkan kedalam edukasi,” ujar Liber Simbolon.Meski demikian, Liber Simbolon memberikan catatan terhadap peserta khususnya peserta Debat Politik tidak konsisten dalam penyebutan UUD tahun 1945.”Komunikasi antar debat terdiri atas tiga komponen, yaitu: apa yang kita bisa melihat 40 %, apa yang kita bisa dengar (logat, intonasi dan lain-lain) 40 % dan akhirnya apa yang secara harfiah dikatakan, hanya 20 % dan menjadi penilaian dewan juri,” ujar Liber Simbolon.Setelah melewati tiga babak, yaitu argumen pembuka, bidasan (saling berdebat), dan pernyataan kesimpulan menunjukkan kontinuitas ke indonesiaan.Politik identitas, kata Liber Simbolon bagaimana mengembangkan dunia politik dalam ke bhinekaan, semisal, mengapa 100 persen Indonesia 100 Bhineka Tunggal Ika (baik Aceh, Ambon, Batak, Dayak, Jawa, Melayu, Maluku, Sunda, Papua, dan suku-suku lainnya).Liber Simbolon mengatakan mntuk menjadi Indonesia harus 100 % jawa, batak, sunda, dayak, ambon dan lainnya, maka dengan menghayati 100 % budayanya kita akan 100 % Indonesia, sebab indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan bahasa. Tidak ada yang bisa menghayati yang besar bila terlebih dahulu tidak mencintai dirinya sendiri dan asal usulnya. “100 persen Indonesia 100 persen bhineka tunggal ika. Kita hidup sebagai orang batak di Indonesia dan bukan sebaliknya,” ujar Liber Simbolon.Rangkaian lomba panitia,
perlombaan ini bersifat kelompok dengan maksimal jumlah 3 orang per kelompok yang terdiri dari 28 tim dari berbagai kampus se Indonesia, baik USU, UKI, UI, UGM, IPB, Widyatma Bandung, Universitas Negeri Semarang, Universitas Airlangga Surabaya dan kampus lainnya. Sementara juara ketiga berhasil diraih President University setelah mengalahkan Kampus Widyatama Bandung.
SBNews, Jakarta – Lomba debat politik tingkat nasional dijuarai oleh Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil juara pertama Debat Politik 2018 dengan tema “Politik identitas dalam kebhinekaan” yang berlangsung tanggal 29 – 31 Januari 2018, Kamis (1/2/2018) di Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta.Dalam rilis yang diterima media SBNews, Ichsan, (2/2) Di final, tim kampus UGM atas nama Jovi Andrea Bachtiar, Faiz Abdullah Wafi dan Fahrel Yusri Rahmat berhasil mengalahkan tim kampus Universitas Air Langga Surabaya.Pembicara Tim UGM, Jovi Andrea Bachtiar juga berhasil dan bangga bisa membawa almamaternya memenangkan kompetisi. Persiapan cukup singkat sekitar seminggu untuk mengikuti dan memahami tema debat.”Saya berharap argumen-argumen dalam Debat Politik Identitas ini bisa menyumbangkan pemikiran-pemikiran kepada mahasiswa, kampus serta masyarakat,” ujar Jovi.
Liber Simbolon, Anggota Dewan Juri Debat Politik 2018 mengatakan menikmati perdebatan sepanjang final.”Sungguh ini membangun khasanah. Debat atau diskusi bukanlah perseteruan bahkan pertengkaran namun menunjukkan kedalam edukasi,” ujar Liber Simbolon.Meski demikian, Liber Simbolon memberikan catatan terhadap peserta khususnya peserta Debat Politik tidak konsisten dalam penyebutan UUD tahun 1945.”Komunikasi antar debat terdiri atas tiga komponen, yaitu: apa yang kita bisa melihat 40 %, apa yang kita bisa dengar (logat, intonasi dan lain-lain) 40 % dan akhirnya apa yang secara harfiah dikatakan, hanya 20 % dan menjadi penilaian dewan juri,” ujar Liber Simbolon.Setelah melewati tiga babak, yaitu argumen pembuka, bidasan (saling berdebat), dan pernyataan kesimpulan menunjukkan kontinuitas ke indonesiaan.Politik identitas, kata Liber Simbolon bagaimana mengembangkan dunia politik dalam ke bhinekaan, semisal, mengapa 100 persen Indonesia 100 Bhineka Tunggal Ika (baik Aceh, Ambon, Batak, Dayak, Jawa, Melayu, Maluku, Sunda, Papua, dan suku-suku lainnya).Liber Simbolon mengatakan mntuk menjadi Indonesia harus 100 % jawa, batak, sunda, dayak, ambon dan lainnya, maka dengan menghayati 100 % budayanya kita akan 100 % Indonesia, sebab indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan bahasa. Tidak ada yang bisa menghayati yang besar bila terlebih dahulu tidak mencintai dirinya sendiri dan asal usulnya. “100 persen Indonesia 100 persen bhineka tunggal ika. Kita hidup sebagai orang batak di Indonesia dan bukan sebaliknya,” ujar Liber Simbolon.Rangkaian lomba panitia,
perlombaan ini bersifat kelompok dengan maksimal jumlah 3 orang per kelompok yang terdiri dari 28 tim dari berbagai kampus se Indonesia, baik USU, UKI, UI, UGM, IPB, Widyatma Bandung, Universitas Negeri Semarang, Universitas Airlangga Surabaya dan kampus lainnya. Sementara juara ketiga berhasil diraih President University setelah mengalahkan Kampus Widyatama Bandung.