Uncategorized
Refleksi Akhir Tahun, PMBR : Mari Merajut Kebhinekaan Jangan Dipaksakan Perbedaan Untuk Menjadi Sama
Kontributor (Ichsan)
SBNews – Jakarta I Pengurus Besar PMBR (Presidium Mahasiswa Bela Rakyat hari ini mengadakan refleksi akhir tahun dengan membawa tema, ” Merajut Perbedaan Dalam Bingkai Kebhinekaan ” Diskusi ini diselenggarakan bertempat di Hotel Mega Pro Proklamasi, Jakarta Pusat. (28/12/17)Sambutan Anhar, Ketua umum PMBR , ” Jangan dipaksakan perbedaan untuk menjadi sama kembalilah kepada Bhinekka Tunggal Ika sebagai pedoman warga Indonesia “, Jelasnya. Dari Sabang sampai Merauke itulah Indonesia Itulah Keberagaman, Potensi dalam presidium mahasiswa bela rakyat ini sangat besar dan potensial. Mari kita akhir permusuhan.Ancaman disintegrasi bangsa, masih ada segelintir rakyat bangsa kita yang ingin merubah Ideologi bangsa. dari sisi Ideologi, Aceh, masih saja menjadi wilayah yang berpotensi saat memperingati milad GAM 4 Desember 2017 kemarin, dan juga potensi Konflik Papua juga tidak reda dengan OPMnya. Kedua, dari segi politik Pilkada setiap daerah juga masih rawan akan kasus SARA terhadap calon Ketiga, Intolerasi, ini juga sekarang meningkat dan berkembang di negara Indonesia.Keempat, Pembubaran Ormas tertentu, terbaru mengenai ustad. Tantangan melalui medsos, dampak dari ini (Hoax) melakukan peniyebaran melalui medsos, kemudian penyebaran proganda radikalisme, serta “crime cyber” lainnya. Sehingga masyarakat dan warga berhati hati mendownload di medsos dan menyebarnya.Peran dan kebijakan polri ; Sebagai dinamisator, sebagai katalisator, serta negosiator. mengenai kebijakan, proaktif policing strategy, koordinatif sinergitas, cegah intoleransi, penindakan tegas terhadap tidakan intoleransi serta ego sektoral. Peran perguruan tinggi dan mahasiswa ; Pertama, tidak menjadi pelaku kejahatan, kedua, menerima perbedaan dan keberagaman, berbedaan keyakinan, suku bangsa, dan Budaya. Berperan sebagai memajukan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat. Sinergi yang diharapkan dalam cegah perpecahan bangsa, pola mendidik, pembinaan Preemtif. Beri info tentang atau yang sedang terjadi gangguan. Cegah dini potensi Konflik Internal Bangsa. Pemuda dan mahasiswa agar memperluas jaringan dan pergaulan agar memiliki kemampuan sosial yang tinggi sehingga mampu beradaptasi secara sosial dan memiliki sifat toleran terhadap perbedaan suku, agama, dan budaya. jelas Kombes Sholeh yang mewakili (Mabes Polri). Berbicara merajut pebedaan, menurut Aminuddin (Sekretaris PA 212) ; ” Pancasila itu pondasi, dasar, itu tidak bisa diubah atau dikotak katik”, radikalisme terbesar menurut saya adalah amandemen terhadap UUD 45, mengubah ubah isi. Ki bagus hadi kusumo tidak setuju, dan meminta Piagam Jakarta sebagai pedoman umat Islam saat itu, terjadi lobi melobi, jadi sebenarnya pancasila sudah final bagi umat Islam. Bahwa Islam itu sebenar paling toleransi terhadap perbedaan, para ulama seharusnya sebagai.aset bangsa mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar. Sekarang di kriminalisasi ini memantik umat Islam. Jadi Intoleran ini adalah Politik.Diskusi hari ini dihadiri oleh tokoh Ibukota Pembicara diantaranya ; Komjen.Pol.Drs. Lutfi Lubihanto (Kepala Badan Intelijen Mabes Polri), Ustad. Aminuddin (Sekertaris PA 212) , Eky Pitung (Tokoh Muda Betawi), Muhammad Rifai Darus (Ketua Umum KNPI Pusat) serta H. Pardi. SH (Dewan Pembina PMBR Wilayah DKI Jakarta).
SBNews – Jakarta I Pengurus Besar PMBR (Presidium Mahasiswa Bela Rakyat hari ini mengadakan refleksi akhir tahun dengan membawa tema, ” Merajut Perbedaan Dalam Bingkai Kebhinekaan ” Diskusi ini diselenggarakan bertempat di Hotel Mega Pro Proklamasi, Jakarta Pusat. (28/12/17)Sambutan Anhar, Ketua umum PMBR , ” Jangan dipaksakan perbedaan untuk menjadi sama kembalilah kepada Bhinekka Tunggal Ika sebagai pedoman warga Indonesia “, Jelasnya. Dari Sabang sampai Merauke itulah Indonesia Itulah Keberagaman, Potensi dalam presidium mahasiswa bela rakyat ini sangat besar dan potensial. Mari kita akhir permusuhan.Ancaman disintegrasi bangsa, masih ada segelintir rakyat bangsa kita yang ingin merubah Ideologi bangsa. dari sisi Ideologi, Aceh, masih saja menjadi wilayah yang berpotensi saat memperingati milad GAM 4 Desember 2017 kemarin, dan juga potensi Konflik Papua juga tidak reda dengan OPMnya. Kedua, dari segi politik Pilkada setiap daerah juga masih rawan akan kasus SARA terhadap calon Ketiga, Intolerasi, ini juga sekarang meningkat dan berkembang di negara Indonesia.Keempat, Pembubaran Ormas tertentu, terbaru mengenai ustad. Tantangan melalui medsos, dampak dari ini (Hoax) melakukan peniyebaran melalui medsos, kemudian penyebaran proganda radikalisme, serta “crime cyber” lainnya. Sehingga masyarakat dan warga berhati hati mendownload di medsos dan menyebarnya.Peran dan kebijakan polri ; Sebagai dinamisator, sebagai katalisator, serta negosiator. mengenai kebijakan, proaktif policing strategy, koordinatif sinergitas, cegah intoleransi, penindakan tegas terhadap tidakan intoleransi serta ego sektoral. Peran perguruan tinggi dan mahasiswa ; Pertama, tidak menjadi pelaku kejahatan, kedua, menerima perbedaan dan keberagaman, berbedaan keyakinan, suku bangsa, dan Budaya. Berperan sebagai memajukan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat. Sinergi yang diharapkan dalam cegah perpecahan bangsa, pola mendidik, pembinaan Preemtif. Beri info tentang atau yang sedang terjadi gangguan. Cegah dini potensi Konflik Internal Bangsa. Pemuda dan mahasiswa agar memperluas jaringan dan pergaulan agar memiliki kemampuan sosial yang tinggi sehingga mampu beradaptasi secara sosial dan memiliki sifat toleran terhadap perbedaan suku, agama, dan budaya. jelas Kombes Sholeh yang mewakili (Mabes Polri). Berbicara merajut pebedaan, menurut Aminuddin (Sekretaris PA 212) ; ” Pancasila itu pondasi, dasar, itu tidak bisa diubah atau dikotak katik”, radikalisme terbesar menurut saya adalah amandemen terhadap UUD 45, mengubah ubah isi. Ki bagus hadi kusumo tidak setuju, dan meminta Piagam Jakarta sebagai pedoman umat Islam saat itu, terjadi lobi melobi, jadi sebenarnya pancasila sudah final bagi umat Islam. Bahwa Islam itu sebenar paling toleransi terhadap perbedaan, para ulama seharusnya sebagai.aset bangsa mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar. Sekarang di kriminalisasi ini memantik umat Islam. Jadi Intoleran ini adalah Politik.Diskusi hari ini dihadiri oleh tokoh Ibukota Pembicara diantaranya ; Komjen.Pol.Drs. Lutfi Lubihanto (Kepala Badan Intelijen Mabes Polri), Ustad. Aminuddin (Sekertaris PA 212) , Eky Pitung (Tokoh Muda Betawi), Muhammad Rifai Darus (Ketua Umum KNPI Pusat) serta H. Pardi. SH (Dewan Pembina PMBR Wilayah DKI Jakarta).