Uncategorized
Masyarakat Diajak Tingkatkan Berbudaya Saat KUKERTA Kelompok 32 IAIN Banten
Esbenews.co.id Serang – Program Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA IAIN Banten), kembali bergulir di awal tahun 2017 ini. Sebagai salah satu tugas kuliah semester akhir bagi mahasiswa, Kukerta menjadi amat penting untuk dijadikan sebagai moment pengabdian di lingkungan masyarakat pedesaan.
Ada banyak ratusan mahasiswa yang mengikuti program kukerta. Dari ratusan jumlah mahasiswa tersebut Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Banten, Membaginya kedalam berbagi kelompok. Kukerta Tahun 2017 ini memlilih wilayah Banten Selatan (Pandeglang, Jiput, Panimbang, dll) sebagai fokus utama untuk menjalankan program KUKERTA.
salah satu dari sekian banyak kelompok KUKERTA. Kelompok 32 yang ditempatkan di Desa Sumur Laban Kec. Angsana Pandeglang Banten. Di sambut dengan hangat oleh berbagai kalangan masyarakat pada acara Saresehan ‘Sambutan Warga Kukerta’ pada Rabu, (03/03/2017).
Masyarakat sangat senang akan kedatangan para mahasiswa yang diharapkan mampuh mengembalikan Struktur sosial kebudayaan masyarakat yang mulai hilang dan tergerus oleh arus globalisasi dan modernisasi yang mulai merambah di tengah kehidupan masyarakat Pedesaan. “Ucap Kepala Desa Sumur Laban, Hanafi”.
Dzikri, ketua kelompok 32 KUKERTA IAIN Banten mengatakan, “Pola kebudayan tradisional yang hampir hilang ditengah masyarakat seperti Gotong Royong, Meramaikan hari – hari besar Islam, Pengajian, Jam belajar Masyarakat, dan Kebudayaan lainya menjadi tugas bagi kita semua untuk membumikan itu sebagai kekuatan masyarakat indonesia yang Berbudaya dan Berperadaban.
Tambahnya, Tidak hanya pada tataran kebudayan yang mulai hilang, Singkronisasi yang mulai retak untuk membangun desa antar komponen masyarakat turut menjadi tantangan Nyata dalam mengembangkan potensi desa yang seharusnya dapat berkembang secara Terstruktur, sistematis, dan dinamis.
Untuk Mengatasi persoalan itu, Kami optimistis untuk membantu mengembangkan potensi desa dengan polarisasi mengajak masyarakat agar kembali mencintai kebudayan dan peradaban desanya sendiri. Kecintaan terhadap local wisdom amat penting untuk merekatkan semangat kolektifitas masyatakat pedesaan untuk bersama – sama membangun desanya. selain kami harus mengawali dengan metodologi penguatan nilai – nilai kebudayan, kami juga akan fokus pada perbaikan Dolbon atau membuat semacam Gerakan normalisasi fasilitas Kesehatan warga (Pembenahan MCK Ramah lingkungan, dan lain – lain). ” Tutup Dzikri, Rabu, (Maman Fathurohman)