Berita hari ini
Kupu-Kupu Malam: Penghasilanku Untuk Biaya Anaku Di Pondok Pesantren
Poto: Ilustrasi |
Pandeglang Banten, SBNews.co.id – Kupu-kupu malam merupakan bahasa tersirat dan disandang bagi Perempuan yang memiliki profesi sebagai penjaja syahwat di kabupaten yang berlambang Badak bercula Satu ini tidaklah sulit untuk mengetahui serta mendapatkan sang kupu-kupu dengan segala pernak perniknya, kala ia menjalankan prakteknya menjerat si hidung belang.
Berikut ini wartawan SBNews mencoba melakukan pendekatan guna mengenal dan mengetahui lebih dekat ‘sebab akibat’ sang Kupu-kupu terjerembap pada pusaran kenikmatan semu secara bersambung.
Pukul 20.30 Wib, kegiatan di lokalisasi Pekerja sex komersial di jalan raya Labuan – Panimbang kembali berjalan normal, beberapa Perempuan duduk berkelompok dengan gaya seronok di pilar- pilar warung remang-remang, sebagian rekannya asik bermain kartu dan sebagian lagi tengah melakukan satu pembicaraan serius dengan seorang laki-laki, kemungkinan pembicaraan yang dilakukan seputar transaksi jual beli kenikmatan sesaat.
Malam itu SBNews, masuk ke salah satu Warung remang-remang lalu duduk di sudut ruangan kira-kira berukuran 3X4 M lengkap dengan seperangkat sound system serta lampu-lampu hias yang mengelililngi di seputarn ruangan itu, tak berapa lama seorang Perempuan berkaos putih dengan celana jeans ketat menghampiri seraya berucap “Minum apa Mas” sapanya disertai senyumnya yang sarat dengan keinginan sekaligus tindak lanjut dari pertemuan saat itu.
Perempuan berkaos putih dengan Celana jeans memperkenalkan dirinya dengan nama Santy, menurutnya hampir Dua Tahun Ia tinggal di warung itu bersama sang pemilik yang biasa di panggil Mamih.
“Hampir Dua Tahun Aku makan minum dan tidur disini Mas, adapun kegiatanku ya… seperti ini melayani pembeli entah itu membeli jajanan atau jajanan yang lain,” ujarnya, seraya menyulut sigaret dan seteguk air bercampur soda.
“Kalau Mas butuh jajanan istimewa, Lanjut Santy, di makannya jangan disini tapi disitu Mas di penginapan, dekat ko,” katanya, dengan kalimat penuh makna sambil mengarahkan mukanya ke arah penginapan.
Dari salah satu obrolan yang tejadi di ruangan itu Santy mengakui berasal dari kabupaten Pandeglang bagian selatan, adapun keberadaannya di lokasi itu sama sekali tidak diketahui oleh keluarganya, berikut Anak laki-laki satu-satunya hasil dari pernikahannya dengan seorang pria yang konon katanya menurut Santy kalau tidak mau di jadikan isteri pertama maka berpisah saja.
“Aku memilih cerai dari pada Aku di madu, adapun keberadaanku sekarang di sini, Kedua orang Tuaku berikut Anakku sama sekali tidak tahu, mereka hanya tahu bahwa aku bekerja sebagai pembantu di salah satu rumah milik WNI Keturunan,” tukas Santy.
“Profesi ini terpaksa Aku lakukan Mas demi Anakku yang sekarang tengah menuntut ilmu di pondok pesantren. Aku berharap Anakku bisa mengubur aib orang tuanya kelak, meski anakku sendiri tidak tau kalau biaya selama untuknya di pondok pesntren itu hasil dari cara seperti ini,” terang Santy, dengan nada suara terdengar rendah seraya mengusap wajahnya yang di lapisi make-up dengan selembar tisuue suasanapun sejenak hening.
“Ayo Mas keburu ada telphon dari langganan tetap Aku,” ajak Santy, memecah kebekuan suasana.
SBNews menolak secara santun lalu pamit meninggalkan tempat itu setelah sebelumnya membayar yang di butuhkan saat di warung itu, dan Santy pun melepas kepergian SBNews dengan tatapan hampa bercampur kecewa. Bersambung (Rus / Sad)