Uncategorized
Ketika Kota Religius Menjadi Segudang Prostitusi
Farid Nurdiansyah Ketua Forum Pemuda Betawi 2000 Tangsel |
Oleh : Farid Nurdiansyah
SBNews.co.id – Tangsel | Prostitusi seolah-olah menjadi khas setiap daerah ataupun wilayah. Berbagai wilayah dijuluki kota ramah dan teratur tidak menjamin terjaganya dari budaya prostitusi dan hiburan malam.
Tangsel salah satunya dijuluki Cerdas Modern dan Religius, kota segudang kaum intelek yang memiliki keimanan yang cukup pun tidak mampu menghindari rayuan indah suara riuh wanita malam.
Terkesan dibiarkan dan tidak peduli dengan keadaan sebenarnya alhasil prostitusi disudut kota tetap beroperasi dengan baik layaknya sebuah kegiatan yang memiliki panitia resmi.
Sebenarnya pemerintah dimana sejak dulu hingga saat ini disaat prostitusi beroperasi setiap malam disudut kota bahkan di tengah kota ?
Padahal pemerintah memiliki segalanya untuk membersihkan dan menghapus prostitusi tersebut, baik aparat dan aturan perda misalkan bisa dijadikan alat untuk menertibkannya.
Tapi realitanya, semua membuat alasan untuk menghindari dipersalahkan. Semua saling menyalahkan dan mengatakan dengan santai “itu mah urusan mereka, urusan saya dibidang ini” ungkapan yang sering terlontar jika dipertanyakan seputar prostitusi tersebut.
Kota religius menjadi tanda tanya besar bagi yang memahami makna. Seakan-akan nama itu dibuat hanya untuk ditulis di buku besar dengan tulisan berwarna indah.
Religius itu artinya luas, tapi nantilah diartikan agar apapun yang sedang kita lihat saat ini seolah-olah hanya banyangan yang tidak perlu ditakuti. Kira-kira demikian makna kata religius itu diartikan saat ini untuk menghindari hal-hal yang bikin sibuk.
Mari kita jawab bersama, kita renungkan bersama, siapa yang paling tepat mengartikan makna religius itu sehingga tidak salah mengartikan jika anak kita mempertanyakannya.
Andai ini pembiaran, maka yakinlah masa depan generasi bangsa kita akan susah kita bentuk menjadi pribadi yang baik. Karena dikelilingi oleh budaya basa-basi dan nostalgia belaka.
Mendidik generasi muda tidak hanya memberikan pelajaran isi dari buku tebal di sekolah, tetap lebih kepada menjaganya dari pandangan tidak baik atau kabar yang kurang asyik.
Sampai kapan bisa kita jawab dengan baik kepada anak jika mereka bertanya “itu wanita dijalanan larut malam nunggu siapa ?”
Silahkan bersama-sama kita jawab agar anak-anak kita tahu yang sebenarnya !