Berita hari ini
Banyak Yang Bertanya: Rico Kenapa Tidak Pasang Spanduk?
Rico Adi Utama, Jurnalis dan Organisatoris. |
SEBAGAI politisi baru, pendatang pemula di dunia politik, tentu Saya tidak bisa gegabah. Apalagi, dengan berbagai referensi yang saya terima dari pengalaman dilapangan selama ini sebagai wartawan dan berorganisasi. Memang kebanyakan politisi, beberapa diantaranya terbukti salah kaprah menggunakan akses politik dan salah jalan saat mengarungi arah perjuangannya, sehingga terpaksa pindah ke hotel prodeo (baca; penjara).
Masih segar dalam ingatan, ketika Saya berdiskusi dengan Abangda Leonardy Harmainy, beberapa tahun silam, waktu itu Ia menjabat Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat, bahwa dunia perpolitikan di Indonesia sudah dipengaruhi oleh budaya insentif. Yaitu, berbagai giat politik selalu bergumul dengan cara transaksional (baca; uang dan deal/ komitmen bisnis), tidak terlepas dari itu.
Masyarakat tanpa sadar, juga sudah digiring kepada budaya tersebut, malah cenderung apatis (Apatis adalah istilah psikologikal untuk keadaan cuek atau acuh tak acuh; di mana seseorang tidak tanggap atau ‘cuek’ terhadap aspek emosional, sosial, pemikiran yang maju dan termasuk kehidupan fisik).
Lalu, ketika Saya terjun ke dunia politik, metode modifikasi dan metode yang Saya rasa benar, mulai dipraktekkan satu persatu. Yakni, melalui medsos (media sosial), saya selalu mencurahkan banyak pemikiran, didukung beberapa pemberitaan dengan arah opininya. Saya mulai menekankan pada TUPOKSI (Tugas, Pokok & Fungsi) seorang Anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).
Fungsi Anggota DPRD (Karena saya maju level DPRD Kota/ Kabupaten), yakni sebagai berikut:
Legislasi: Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPRD selaku pemegang kekuasaan membentuk peraturan daerah.
Anggaran: Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD yang diajukan oleh Bupati/ Walikota.
Dan, Pengawasan: Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.
Belum lagi tugas, hak dan tanggungjawab seorang Anggota DPRD yang sebenarnya mampu melakukan sosial kontrol, sehingga terwujudnya pemerintah yang bersih dan lebih baik. Artinya, menjadi Anggota DPRD, sebagai ‘Wakil Rakyat’, adalah wakil dari sekian yang memilih maupun yang tidak memilih, dengan berbagai keinginannnya untuk kemajuan daerah, bukan kepentingan segelintir, apalagi sekelompok orang.
Nah, ketika sebagian masyarakat bertanya kepada Saya, Rico kenapa tidak pasang spanduk? Ada beberapa alasannya; 1). Saya maju menjadi Calon Legislatif (Caleg), murni karena semangat yang menggelora dan motivasi untuk mewujudkan Sawahlunto Yang Lebih Baik bersama Pimpinan Daerah. 2). Saya maju menjadi Caleg, tidak sedikit pun mempersiapkan biaya politik, sehingga perlu berpikir keras membuat APK (Alat Peraga Kampanye) dan lain – lain, tetapi Saya tetap mempersiapkannya. Sementara ini, sosialisasi saya gencarkan di media sosial dan secara langsung lagi acak.
3). Kalaupun ada yang ingin mensponsori, tetapi Saya tetap menjaga agar tidak salah terima, sehingga berujung pada kepentingan yang tidak sesuai dengan arah perjuangan. 4). Pemasangan Baliho/ Spanduk, rasanya lebih tepat dilakukan disaat hampir dekatnya Pileg (Pemilihan Legislatif), karena setelah kita melakukan pengenalan secara langsung dan lewat saluran medsos, maka ketika spanduk dan baliho terpasang, hanyalah upaya mengingatkan saja.
Artinya, pertanyaan masyarakat soal kapan saya memasang spanduk/ baliho, adalah bentuk antusias mereka dan kabar baik bahwa mereka sangat memperhatikan Saya selama ini, serta sedikit banyaknya memahami arah dan pikiran saya.
Selain itu, Saya pernah berdiskusi dengan salah satu Caleg bernama Irland di Dapil 3 Sawahlunto, bahwa kehebohan soal money politik, tak perlu dihiraukan, Saya menyarankan bersama – sama memberikan contoh yang baik kepada khalayak dalam berpolitik. Sebab, terpilih ataupun tidak, bukan masalah; menjadi Anggota DPRD itu amanah, adalah tugas dan tanggungjawab, tidak baik ‘diminta’ apalagi diperoleh dengan cara memaksakan diri dan tidak baik (money politik, pembunuhan karakter dan lain – lain).
Sebab, sampai saat ini saya yakin, masih banyak pemilih cerdas yang butuh perubahan ke arah yang lebih baik. Mereka hanya lebih banyak diam, memperhatikan dan bergumam menilai sosok politisi yang mereka sorot selama ini.
Oleh: RICO ADI UTAMA (Jurnalis & Organisatoris)