Berita hari ini
Bocah Usia 9 Tahun Korban Tsunami Tetap Bersekolah Tanpa Seragam
Pandeglang, SBNews.co.id – Susi Yani, bocah berusia 9 Tahun korban Tsunami yang bercita-cita ingin menjadi seorang Polisi Wanita (PolWan) tetap bersekolah tanpa seragam demi menimba ilmu, dari tempat pengungsiannya yakni di kampung Dayamekar desa Kalanganyar, dirinya tetap melaksanakan kegiatan belajar di SDN Teluk 2 kecamatan Labuan demi tercapai mimpinya selama ini.
Didalam ruang kelas itu, ada para relawan sedang mengadakan program trauma healing untuk menerapkan metode psyikis yang bersipat Edukasi, akibat tragedi Tsunami yang terjadi pada 22 Desember lalu.
Amukan ombak itu, berhasil meluluh-lantahkan rumah-rumah penduduk di sekitaran pesisir pantai di Kabupaten Pandeglang, termasuk rumah Susi Yani warga kampung Teluk, desa Teluk, kecamatan Labuan – Pandeglang.
Rumah berukuran kecil yang tepat berada di bibir pantai Teluk itu, hancur seketika beserta isi rumah diterjang ombak. Beruntung, Susi Yani beserta dua orangtua dan adiknya berhasil selamat, berkat sebuah kasur tidur yang membawanya mengambang.
Namun pasca tsunami, bocah berumur 9 tahun itu harus rela kehilangan seragam sekolah, sepatu, tas dan seperangkat alat tulis. Sehingga, dihari Senin 7 Januari 2019, atau pertama ia masuk sekolah, Susi Yani nampak tidak menggunakan seragam sampai sekarang.
Meski sempat malu untuk berangkat ke sekolah dari tempat pengungsiannya yang terletak di Kampung Daya Mekar, Desa Kalanganayar, Kecamatan Labuan, Pandeglang. Namun, Susi Yani memaksakan untuk tetap masuk sekolah agar mendapat ilmu.
Kurang lebih sekitar 1 kilometer, jarak tempuh antara pengungsiannya ke sekolah. Ia datang ke sekolah ditemani oleh Uun (30) sang ibu dan seorang bayi perempuan mungil yang sedang tertidur pulas di pangkuan ibunya.
Menggunakan pakaian muslim lengkap berwarna Pink, Susi Yani tiba di sekolah, ia langsung masuk kedalam ruangan kelas untuk mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Namun, saat ini pihak sekolah belum mengaktifkan KBM, karena masih dalam proses pemulihan trauma. Sehingga, Susi Yani dan 200 sisswa-siswi mengikuti progran trauma healing.
Meski tidak mengenakan seragam layaknya anak sekolah, seperti sebagian teman sekolahnya, namun raut muka Susi Yani tampak girang untuk mengikuti prorgram tersebut dan bangkit dari keterpurukan musibah kemarin.
Anak kedua dari Uun itu mengaku ingin tetap sekolah meski tidak memiliki seragam sekolah lantaran ingin menjadi seorang Polisi Wanita (Polwan) dan membahagiakan kedua orangtuanya. Cita-cita mulia itu, membuat Susi Yani nampak tegar ditengah kepahitan yang ia alami. Meski sesekali ia tampak sedih ketika ingat kejadian itu.
“Saya mau sekolah, mau bahagiain mamah sama bapak dan saya juga ingin menjadi Polwan, tolong kami, kami butuh seragam,” kata Yani panggilan akrab Susi Yani, dengan raut wajah sedih.
Ia juga menuliskan permohonan minta tolong atas keinginannya memiliki seragam baru di sebuah kertas putih yang dibawanya di pengungsian, dengan harapan ada yang memberinya seragam baru untuk sekolah.
Raut wajah Uun tampak murung melihat anak perempuannya itu sangat membutuhkan seragam. Namun, Uun tidak bisa berbuat banyak, lantaran sudah tidak memiliki apa-apa selai pakaian yang ia kenakan. Uun mengaku pasrah atas musibah yang menimpa keluarganya. Namun, ia berharap agar pemerintah memberikan bantuan kepadanya.
“Saya harap pemerintah memberikan bantaun kepada kami, rumah baru, enggak apa-apa kecil juga yang penting mah ada,” ungkapnya. (Irf)