Berita hari ini
Rico Alviano Desak Disdik Sumbar Selamatkan Belasan Nasib Siswa SMAN 1 Kota Sawahlunto
Dari kiri: Taufik Syahrial/ Tarjok (Anggota DPRD Sumbar dari Partai Nasdem) dan Rico Alviano,ST (Anggota DPRD Sumbar dari Partai PKB). |
Padang,
SBNews – Dengan
terpilihnya Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat dari Kota Sawahlunto, salah
satunya dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) , Rico Alviano,ST (Putera asli
Nagari Kolok), mulai terasa keberadaannya oleh masyarakat. Dua hari yang lalu,
(4/9/2019), Rico Alviano (PKB) dan Taufik Syahrial/ Tarjok, keduanya Anggota
DPRD Sumbar dari Kota Sawahlunto, mendatangi Kepala Dinas Pendidikan Sumatera
Barat, Adib Alfikri,SE,M.Si.
SBNews – Dengan
terpilihnya Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat dari Kota Sawahlunto, salah
satunya dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) , Rico Alviano,ST (Putera asli
Nagari Kolok), mulai terasa keberadaannya oleh masyarakat. Dua hari yang lalu,
(4/9/2019), Rico Alviano (PKB) dan Taufik Syahrial/ Tarjok, keduanya Anggota
DPRD Sumbar dari Kota Sawahlunto, mendatangi Kepala Dinas Pendidikan Sumatera
Barat, Adib Alfikri,SE,M.Si.
Kedatangan
mereka, menindaklanjuti peristiwa akan dikeluarkannya kurang lebih 17-18 siswa tahun
ajaran baru SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto, dikarenakan kelebihan kapasitas. Sebelumnya,
belasan Wali Murid diundang oleh pihak SMAN 1 Kota Sawahlunto, yang dikabarkan
membicarakan Evaluasi tim PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru).
mereka, menindaklanjuti peristiwa akan dikeluarkannya kurang lebih 17-18 siswa tahun
ajaran baru SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto, dikarenakan kelebihan kapasitas. Sebelumnya,
belasan Wali Murid diundang oleh pihak SMAN 1 Kota Sawahlunto, yang dikabarkan
membicarakan Evaluasi tim PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru).
Dampak
dari hasil rapat PPDB SMAN 1 Sawahlunto itu, menyisakan berbagai pertanyaan
dari Wali Murid, anak mereka kenapa harus dikeluarkan. Belum lagi, disinyalir
belasan siswa yang terdampak dikabarkan pula mengalami depresi dan malu keluar
rumah, sebagaimana yang lansir oleh beberapa media.
dari hasil rapat PPDB SMAN 1 Sawahlunto itu, menyisakan berbagai pertanyaan
dari Wali Murid, anak mereka kenapa harus dikeluarkan. Belum lagi, disinyalir
belasan siswa yang terdampak dikabarkan pula mengalami depresi dan malu keluar
rumah, sebagaimana yang lansir oleh beberapa media.
Suryanto,
M.Pd, Kepala Bidang Pembina SMA Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat,
menjawab fakta yang ditemukan oleh pihaknya, pasca melakukan inspeksi mendadak
(sidak) ke SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto. Pihaknya menyimpulkan, Kepala SMA
Negeri 1 Kota Sawahlunto, sangat gegabah dalam melakukan penerimaan siswa, yang
mana seharusnya kapasitas siswa yang bisa diterima oleh sekolah tersebut hanya
7 lokal saja, dengan jumlah 36 siswa paling banyak dalam satu lokal.
M.Pd, Kepala Bidang Pembina SMA Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat,
menjawab fakta yang ditemukan oleh pihaknya, pasca melakukan inspeksi mendadak
(sidak) ke SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto. Pihaknya menyimpulkan, Kepala SMA
Negeri 1 Kota Sawahlunto, sangat gegabah dalam melakukan penerimaan siswa, yang
mana seharusnya kapasitas siswa yang bisa diterima oleh sekolah tersebut hanya
7 lokal saja, dengan jumlah 36 siswa paling banyak dalam satu lokal.
“SMA
Negeri 1 Kota Sawahlunto, sebagaimana pengajuannya hanya 7 lokal saja dan itu
satu lokal paling banyak 36 orang. Sementara, disaat kami melakukan sidak,
ditemukan sampai 42 orang siswa baru dalam satu lokal. Ketika kami tanya,
kenapa berlebih dan tidak sesuai data di Dapodik (Data Pokok Pendidik) siswa,
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto berdalih ingin menambah lokal dan
itu bertentangan dengan aturan dan system Dapodik yang akibatnya akan merusak
system,” ungkap Suryanto, Kepada SBNews, Jum’at (6/9/2019).
Negeri 1 Kota Sawahlunto, sebagaimana pengajuannya hanya 7 lokal saja dan itu
satu lokal paling banyak 36 orang. Sementara, disaat kami melakukan sidak,
ditemukan sampai 42 orang siswa baru dalam satu lokal. Ketika kami tanya,
kenapa berlebih dan tidak sesuai data di Dapodik (Data Pokok Pendidik) siswa,
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto berdalih ingin menambah lokal dan
itu bertentangan dengan aturan dan system Dapodik yang akibatnya akan merusak
system,” ungkap Suryanto, Kepada SBNews, Jum’at (6/9/2019).
“Jika,
data Dapodik terkunci dan tidak terbaca oleh system dikarenakan kelebihan
kapasitas, maka seluruh siswa baru yang diterima oleh SMA Negeri 1 Kota
Sawahlunto berstatus ilegal. Dan dampak setelah itu, seluruh siswa baru
tidak terdaftar di Dapodik dan tidak bisa ikut UAN. Maka, jalan satu – satunya,
kurang lebih 17 siswa baru yang kabarnya akan dikeluarkan itu harus dipindahkan
ke sekolah lain,” imbuhnya Suryanto.
data Dapodik terkunci dan tidak terbaca oleh system dikarenakan kelebihan
kapasitas, maka seluruh siswa baru yang diterima oleh SMA Negeri 1 Kota
Sawahlunto berstatus ilegal. Dan dampak setelah itu, seluruh siswa baru
tidak terdaftar di Dapodik dan tidak bisa ikut UAN. Maka, jalan satu – satunya,
kurang lebih 17 siswa baru yang kabarnya akan dikeluarkan itu harus dipindahkan
ke sekolah lain,” imbuhnya Suryanto.
Lebih
lanjut Suryanto menjelaskan, bahwa pihaknya dalam hari yang sama juga
mengunjungi SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Kota Sawahlunto. Dimana, keadaan dua
SMA Negeri tersebut kekurangan siswa dan mereka pun siap menampung siwa yang
dipindahkan dari SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto.
lanjut Suryanto menjelaskan, bahwa pihaknya dalam hari yang sama juga
mengunjungi SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Kota Sawahlunto. Dimana, keadaan dua
SMA Negeri tersebut kekurangan siswa dan mereka pun siap menampung siwa yang
dipindahkan dari SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto.
“Akibat
SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto terlalu banyak menerima siswa, SMA Negeri 2 dan 3
Kota Sawahlunto kekurangan siswa baru. Maka, memindahkan siswa yang terancam
dikeluarkan itu adalah satu – satu solusinya, karena system Dapodik tidak bisa
diganggu gugat, apalagi ingin menambah lokal baru, itu sangat tidak sesuai
dengan pengajuan awal yang dilakukan dengan berbagai prosedur. Tapi kami tetap
melihat lokal baru yang ingin dijadikan oleh Kepsek (Kepala Sekolah) SMA Negeri
1 Kota Sawahlunto itu, ternyata hanya ruang pustaka dan itupun sangat tidak
layak dijadikan lokal belajar,” pungkas Suryanto.
SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto terlalu banyak menerima siswa, SMA Negeri 2 dan 3
Kota Sawahlunto kekurangan siswa baru. Maka, memindahkan siswa yang terancam
dikeluarkan itu adalah satu – satu solusinya, karena system Dapodik tidak bisa
diganggu gugat, apalagi ingin menambah lokal baru, itu sangat tidak sesuai
dengan pengajuan awal yang dilakukan dengan berbagai prosedur. Tapi kami tetap
melihat lokal baru yang ingin dijadikan oleh Kepsek (Kepala Sekolah) SMA Negeri
1 Kota Sawahlunto itu, ternyata hanya ruang pustaka dan itupun sangat tidak
layak dijadikan lokal belajar,” pungkas Suryanto.
Sementara
itu, Rico Alviano, ketika ditemui diruang Fraksi PDI-PKB DPRD Provinsi Sumatera
Barat, selain sangat menyayangkan kejadian ini, Ia mengharapkan Dinas
Pendidikan Sumatera Barat mencari solusi agar belasan siswa ini tidak
dikeluarkan dari sekolah tersebut.
itu, Rico Alviano, ketika ditemui diruang Fraksi PDI-PKB DPRD Provinsi Sumatera
Barat, selain sangat menyayangkan kejadian ini, Ia mengharapkan Dinas
Pendidikan Sumatera Barat mencari solusi agar belasan siswa ini tidak
dikeluarkan dari sekolah tersebut.
“Saya
persis tahu soal system itu dan masalah administrasi PPDB yang hanya
memperuntukkan 7 lokal bagi siswa baru SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto. Nah,
disini solusi yang harus dicari, karena para wali murid sangat berat hati anak
mereka pindah ke sekolah lain. Solusinya harus tuntas dan jangan mengorban
siswa didik,” tegas Rico Alviano. (Rico
Adi Utama)
persis tahu soal system itu dan masalah administrasi PPDB yang hanya
memperuntukkan 7 lokal bagi siswa baru SMA Negeri 1 Kota Sawahlunto. Nah,
disini solusi yang harus dicari, karena para wali murid sangat berat hati anak
mereka pindah ke sekolah lain. Solusinya harus tuntas dan jangan mengorban
siswa didik,” tegas Rico Alviano. (Rico
Adi Utama)