Pemerintahan
Daging Kurban Masjid Raya Al-Bantani “Lenyap” ke Kantor Pemerintah, Warga Meratap Tanpa Sepotong Pun
siber.news | Suasana Idul Adha di Masjid Raya Al-Bantani berubah drastis tahun ini. Warga sekitar yang selama ini menikmati tradisi perasmanan dan pembagian daging kurban, kini hanya bisa menelan kekecewaan.
Pasalnya, seluruh hewan kurban yang dikumpulkan di masjid megah tersebut ternyata langsung dikirim ke berbagai instansi pemerintahan dan lembaga formal, meninggalkan masyarakat sekitar dalam tanda tanya besar.
“Dulu, selesai salat Id, kami bisa makan bersama. Ada perasmanan untuk warga sekitar dan tamu undangan. Sekarang? Daging kurban entah ke mana, perasmanan pun raib,” keluh seorang warga di halaman masjid, diamini oleh banyak lainnya yang turut merasa diabaikan
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini warga yang tinggal hanya beberapa meter dari masjid megah itu tidak kebagian sepotong pun. Sementara itu, hewan kurban diketahui telah dikirim ke Kejaksaan Tinggi (Kejati), Polres, Pengadilan, hingga pondok pesantren dan yayasan.
Dua petugas kebersihan, Udin dan Gunawan, yang ditugaskan mengantar hewan kurban pun membenarkan bahwa tak satu ekor pun disembelih di lingkungan masjid. “Semua langsung dikirim,” ungkap mereka.
Keputusan ini memantik gelombang kekecewaan warga. Tak hanya soal hilangnya tradisi berbagi, tetapi juga kurangnya transparansi dalam distribusi daging kurban yang seharusnya mengutamakan masyarakat sekitar. “Kami ini tetangga masjid, bukan orang asing. Tapi malah tidak dianggap,” ujar seorang ibu rumah tangga yang turut menyuarakan keluhannya.
Sebagian tokoh masyarakat pun mendukung kritik warga, menyayangkan hilangnya nilai sosial dan kebersamaan yang selama ini melekat erat dalam perayaan Idul Adha. “Biasanya ada makanan bersama, ada daging untuk warga. Tapi tahun ini terasa dingin, sepi, dan penuh tanda tanya. Ini harus jadi bahan evaluasi serius,” tegas salah satu tokoh setempat.
Pertanyaan besar pun menggantung: untuk siapa sebenarnya kurban di Masjid Raya Al-Bantani ini? Jika warga yang tinggal berdampingan dengan masjid justru tidak disentuh, maka makna sosial ibadah kurban perlu dikaji ulang.
Warga mendesak agar pengelolaan kurban dilakukan secara transparan, adil, dan berpihak pada rakyat kecil, bukan hanya pada instansi elit. Karena bila daging kurban hanya mengalir ke jalur kekuasaan, maka esensinya sebagai ibadah pun patut dipertanyakan. (red)
