Pemerintahan
Kota Serang, Potret Ibukota Yang memprihatinkan
siber.news | Ratusan warga kelurahan Sukajaya curug kota serang provinsi banten, merasa resah lantaran jalan lingkungannya rusak berat dan tidak mendapat perhatian pemerintah
Saat tim media melihat secara langsung ke lokasi, pada Jum’at (28/2/2025), jalan yang jaraknya sekitar 50 meter dari dinding (tembok) Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B)
Menurut pengakuan warga, awalnya jalan tersebut dibangun oleh DPRKP menggunakan APBD provinsi banten
Saat bersama warga, terlontar celotehan salah seorang warga menyatakan fenomena ini bagai pepatah “Semut di Seberang Lautan Tampak, Sementara Gajah di Pelupuk Mata Tidak Tampak”.
“Kami sudah melakukan berbagai upaya mengirim surat ke Penjabat Gubernur Banten, sampai saat ini belum juga memperoleh tanggapan,” ujar Siti Agnia Hadean, warga setempat yang sempat diwawancarai media di rumahnya.
Siti menyebut, akses warga yang ingin berurusan dengan kelurahan sangat memprihatinkan
Bila melintasi jalan menuju kantor kelurahan, warga harus membuka sandal karena kondisi jalan yang becek dan berlumpur
Selain itu, di sepanjang jalan juga dipenuhi sampah batok dan sabut kelapa yang infonya dari Jakarta
“Masa wilayah kami jadi penampungan limbah batok kelapa dari Jakarta, entah siapa yang mengijinkan kami tidak tahu,” ujar siti
Sangat ironis, kata Siti, pembangunan yang di publikasikan sangat masif tetapi dilingkungan yang bersebelahan dengan KP3B (kantor gubernur) justru tidak mendapat perhatian
Menurutnya, warga yang diwakili Kiswandi pernah melakukan pertemuan dengan pihak Lurah, lalu melayangkan surat ke Penjabat Gubernur Banten dan juga ke Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten untuk mendapat perhatian
“Surat yang kami tujukan ke Penjabat Gubernur, per tanggal 13 Januari 2025, tindasannya ke Presiden RI, Wakil Presiden melalui Lapor Mas Wapres, Mendagri, Ketua DPRD Banten, Walikota Serang dan Lurah Sukajaya,” kata Siti menjelaskan
Tidak itu saja, pihak warga juga meminta perhatian kalangan organisasi masyarakat (Ormas), termasuk ke Perkumpulan Urang Banten (PUB) yang ketua umumnya salah satu pendiri Provinsi Banten.
Seperti diketahui, jalan yang berada tepat di belakang KP3B panjangnya sekitar 900 meter, bila turun hujan sulit di lalui warga. Jangankan kendaraan roda dua atau empat, pejalan kakipun harus menenteng sandalnya karena “belog” dan licin.
“Sangat prihatin sekali masalah jalan yang dialami warga. Bila ingin ke Puskesmas Curug harus memutar yang jaraknya sangat jauh,” ujar salah seorang warga setempat.
Rupanya warga memandang hal lain yang menjadi prinsip pencitraan nama baik provinsi. Di sekitar itu ada Pondok Pesantren Tahfidz yang dikelola pihak Turki, dengan santrinya berasal dari berbagai daerah.
“Ya kami merasa malu, ada Ponpes yang santrinya banyak warga dari luar banten, sementara kondisi jalan dan lingkungannya sangat tidak layak,”
“Keluhan warga jangan di anggap hanya mementingkan diri, tetapi memandang hal yang besar yaitu melihat status Kota Serang sebagai ibukota provinsi”, pungkasnya mengakhiri perbincangan dengan awak media
